Monday, November 29, 2010

dalam doa
kudus
agar malam
terus menanti
figura suram
namun damai
berharap mampu
sujud
hampir
Tuhan

ketika Tuhan
menghias
bulan tersayang
initipati seribu bulan
cerap ampunan

dada-dada langit
tampan
berkelipan meliuk
mengisi rongga
lautan
taubatan nestapa
pulang!
ia gusar
menanti mendatang


-puisiwatan-
Dari riuh
Anak dara
Pulang desa
Menanti pemudanya
Kecundang  gadisnya
Dalam persandingan

Diari cinta
Membunuh segala
Monyet kecil juga  dewasa
Melebur!! Impian
Jenin
ceritera tinta
membicara
Kronologinya
Perjalanan
Zamani
Seorang gadis
Mulus

Dalam
Hujan rintik
Naif merengek
Aku menatap kabus
Kian pulang
Tanpa belas
Tersadung persatu
Kenangan lampau
Hanya
Secebis nota-nota kecil
Sejarah kesucian
Rupawan


- Puisiwatan-
Mimpi kebebasan
Termetrai
Angan kedamaian
Terkota
Setelah bertaburan jiwa
Tersungkur
Susur-galur zaman
Tak kenal usia
Walau pucuk muda
Tak kenal usia
Walau rambut menyamai
Nisan
Yang di kenang
Malaya
Bukan di kenang
Rupawan
Membilang jerajak
Lelehan darah

Bangsaku
Kini
Mampu mengukir
Senyuman padu
Seikhlas rohani
Memangku sejarah
Handal
Deli dan pahlawan
Mengutip tinta kebenaran
Dasawarsa lalu
Ingatan anak cucu
Perjuangan satu
Sehingga saat
Berhempas kematian


     puisiwatan
Kobaran angin ogos
Pagi damai
Terkunci awan
Marak
Rintih ayam
Bersuara bisu
Pelangi tua
Terserak rabak
Landai langit bicara

Dinihari
malam
Kunjung letih
Rasa nan syahdu
Purnama sepotong
Tersimpul malu

Dunia ini
Sebernarnya sepi
Sepanjang ranjau
Mahkota Palsu
Emas jalanan
Wira tak yakin
tulen

Niagawan
Seringkali
Tergoncang mayat-mayat
Bumi
Berantakkan
Puing-puing
Kemegahan
Sirna
Di bawa angin
Kekencangan


-puisiwatan-
Tingggggg!!
Tingggggg!!
Perawan loceng berbunyi
Tanda si gadis
Membilang hari Sunti
Selamat Tinggal

Di sana
Sekawan muda mudi
Berpesta penuh warna warni
Tanpa melakar noktah henti
Karah !!
Karah!!
Jerit lamunan pemilik kubur

Laut  yang di damba layar
Makin tua
Anak kecil  mantap
Meraung
Unggas menjerit halus
Namun hujan tak secekal dulu
Terbunuh perlahan dalam gerimis
Tanpa batas
Dalam peradaban Sejarah

Sepanjang cacatan
Jalanan
Berkocak kolam perigi
Nurani Separuh abad
Sisa - sisa umat kecil
Akhir zaman
Tabah
Mengusung
Menjunjung
Sunnah dan wahyu dari Tuhan
Paduan bantuan perjuangan
Zikir berkumandang
Di corong - corong
Masjid beranda
Berkalung bungaan
Tanda tulus
Kedatangan Jam 12 .....


- puisiwatan -
Langit berjelaga
Manusia lara
Bicara damai
Indah permai
Sedangkan Dunia
Tempat Kehidupan
Sedang tenat
Melawan nafsu
Tanpa  berkabung
Tertulis
Budi
Di dinding penjara usang
Menilai watak siapa
Tertidur sebentar
Selepas puas
Berjalan dan bermain
Dalam pentas
Berliku hitam
Berbalik mimpi
Ternyata kabur
Camar jambu
Berkepak bebas
Berkibar pantas
Menghirau sepi
Mencari
Sekawan pelacur
Tak  pulang- pulang
Buaya
temengah
Di gerbang muara
Selepas pulang
Dari destinasi
Puaka
Sungai kian lesu
Di hujung hujan
Pasti mati
Dalam pangkuan gadis jelita
Sesudah malam berpelita
Membaca bicara
Pedoman sebuah ceritera
Sehingga
Basah air mata  di hujung petang


-puisiwatan-
darahku bersatu
menjadi tugu
mengamir genap
20 tahun berlalu
aku terdamba nafasku
memikir tengkar alam
menafsir durja wanita, tatkala lelaki
lupa bercinta
aku,
kadangkala tersentap
di gugah  jati diri
pabila gerbang penjara terbuka
membicara malam larut
katarsis noda
dan aku, akur sebetulnya

aku kembali ke rumah
mencari diri yang hilang
betaup  sisa siaga


- puisiwatan-
Setelah hujan merintih
Sekalbu doa suci
Sesegar kembali pelangi
Salam sejahtera alam
Suasana tenang dan syahdu
unggas-unggas riang berterbangan
Nyanyian merdu jelas berkumandang
Leluhur langit rahmat
Renungan panjang sebuah uz"lah
Selami diri ,taranum malam .

    -puisiwatan-
   
 

Copyright 2010 Solider Sastera.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.